5 Februari 2009
Imam Abu Hanifa (81-150 H./700-767 CE)
Imam Abu Hanifa (r) (85 H.-150 H) berkata, “Jika tidak karena dua
tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja’far
as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih
mengetahui jalan yang benar”. Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa
Ibn ‘Abideen said, “Abi Ali Dakkak, seorang sufi, dari Abul Qassim
an-Nasarabadi, dari ash-Shibli, dari Sariyy as-Saqati dari Ma’ruf
al-Karkhi, dari Dawad at-Ta’i, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin
dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi.” Imam berkata
sebelum meninggal: lawla sanatan lahalaka Nu’man, “Jika tidak karena dua
tahun, Nu’man (saya) telah celaka.” Itulah dua tahun bersama Ja’far
as-Sadiq.
Imam Malik (94-179 H./716-795 CE)
Imam Malik (r): “man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa wa
man tafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa
tassawafa faqad tahaqqaq. (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasauf
tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa
tasauf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasauf dan fikh dia
meraih kebenaran).” (dalam buku ‘Ali al-Adawi dari keterangan Imam
Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195
Imam Shafi’i (150-205 H./767-820 CE)
Imam Shafi’i : “Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara.
2. Mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut.
3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf
[Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas, Imam 'Ajluni, vol. 1, p. 341.]
Dalam Diwan (puisi) Imam Syafii, nomor 108 :
“Jadilah ahli fiqih dan sufi Jangan menjadi salah satunya Demi Allah Aku menasehatimu”.
Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H./780-855 CE)
Imam Ahmad (r) : “Ya walladee ‘alayka bi-jallassati ha’ula’i
as-Sufiyya. Fa innahum zaadu ‘alayna bikathuratil ‘ilmi wal murqaba wal
khashiyyata waz-zuhda wa ‘uluwal himmat (Anakku jika kamu harus duduk
bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka
tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan
mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi,” –Tanwir al-Qulub, p.
405, Shaikh Amin al-Kurdi) Imam Ahmad (r) tentang Sufi:”Aku tidak
melihat orang yang lebih baik dari mereka” ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p.
120)
Imam Haris Al-Muhasibi (d. 243 H./857 CE)
Imam Haris Al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, “Umatku akan terpecah
menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang
selamat” . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa itu adalah Golongan
orang tasawuf. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al-Wasiya p.
27-32.
Imam al-Qushayri (d. 465 H./1072 CE)
Imam al-Qushayri tentang Tasauf: “Allah membuat golongan ini yang
terbaik dari wali-wali-Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh
hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka
rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya
yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka
menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat
mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyf). Dan Dia membuka
kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk
melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka
bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan
cahaya-Nya .” [ar-Risalat al-Qushayriyya, p. 2]
Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 CE)
Imam Ghazali, hujjatul-Islam, tentang tasawuf : “Saya tahu dengan
benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka
melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan
akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain
Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk
mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].
Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 CE)
Dalam suratnya al-Maqasid : “Ciri jalan sufi ada 5 : menjaga
kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri mengikuti Sunah
Rasul dengan perbuatan dan kata menghindari ketergantungan kepada
orang lain bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit selalu merujuk
masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, p. 20]
Imam Fakhr ad-Din ar-Razi (544-606 H./1149-1209 CE)
Imam Fakhr ad-Din ar-Razi : “Jalan para sufi adalah mencari ilmu
untuk memutuskan diri mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri
mereka agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat
Allah, pada seluruh tindakan dan perilaku” .” [Ictiqadat Furaq
al-Musliman, p. 72, 73]
Ibn Khaldun (733-808 H./1332-1406 CE)
Ibn Khaldun : “Jalan sufi adalah jalan
salaf, ulama-ulama di antara Sahabat, Tabi’een, and Tabi’ at-Tabi’een.
Asalnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan dan
kesenangan dunia” [Muqaddimat ibn Khaldan, p. 328]
Tajuddin as-Subki
Mu’eed an-Na’eem, p. 190, dalam tasauf:
“Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan
menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah
dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang
mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar
adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan
ibadah” Dia berkata: “Mereka dalah manusia-manusia yang dekat dengan
Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah
membantu manusia.